Selasa, 29 Desember 2009

Iklan untuk Mempertahankan atau Memperbaiki Citra Produk

SETELAH sedikit memahami tentang bagaimana dan sejauhmana efek iklan bekerja, maka pembahasan kali ini seputar iklan yang berguna untuk mempertahankan atau bahkan memperbaiki citra produk. Mengapa hal itu perlu diperhatikan, sebab citra merupakan salah satu faktor keberhasilan sebuah perusahaan yang ingin memasarkan produknya, baik berupa barang maupun jasa.

Kita tentu masih ingat kasus yang menimpa sebuah produk biskuit, yang pernah menjadi berita besar. Dimana biskuit yang sebenarnya cukup dikenal masyarakat itu, diduga pernah tercemar oleh bahan berbahaya (racun). Bahkan ada sejumlah korban yang harus dilarikan ke rumah sakit, lantaran mengkonsumsi makanan tersebut. Untungnya pemerintah segera melakukan tindakan, supaya dampak yang ditimbulkan tidak makin meluas. Antara lain menghentikan sementara proses produksi di perusahaan pembuat biskuit ini.

Melihat kasus itu, maka setelah sekian tahun lamanya, jelas produsen biskuit yang sempat bermasalah tersebut tidak mendapat kepercayaan konsumen. Karena masyarakat masih takut, jika memakan biskuit ini maka akan keracunan. Upaya yang harus dilakukan, antara lain menerapkan strategi promosi yang lebih intens dibanding sebelumnya. Dengan harapan mampu menumbuhkan kembali kepercayaan konsumen, agar mau mengkonsumsi produk yang dihasilkan. Apabila produsen biskuit tersebut tidak mau berusaha memperbaiki citra produknya, maka lama-kelamaan konsumen akan meninggalkannya. Apalagi belakangan muncul produk sejenis, tentunya dengan kualitas lebih bagus, harga bersaing, kemasan menarik, kandungan mineral atau vitamin yang banyak dan sebagainya.

Terlepas dari contoh di atas, sebenarnya iklan memang dapat dipakai untuk mempertahankan atau memperbaiki citra produk, atau bahkan perusahaan itu sendiri. Tidak hanya sekadar memperkenalkan (launching) produk baru, baik barang maupun jasa. Karena yang melihat citra produk bagus atau tidak bukanlah produsen, tapi justru konsumen atau masyarakat yang menjadi target group (market) produk tersebut. Seandainya sebuah produk baik, maka produsen sudah memiliki satu poin supaya konsumen tertarik membelinya. Kemudian baru pertimbangan harga, perbandingan dengan produk sejenis, manfaat, kemasan dan lain-lain. Namun sebaliknya, jika sebuah produk sudah dicap jelek apalagi “bermasalah,” maka konsumen perlahan-lahan akan menjauhinya. Sehingga jangan kaget jika produk itu tidak laku di pasaran.

Di sisi lain, pemasangan iklan sebuah produk hendaknya disesuaikan dengan media massanya. Misal, produk kecantikan dan alat-alat rumah tangga sangat tepat dimuat di majalah khusus wanita. Namun demikian, media massa cetak lokal pun sebenarnya bisa dipakai, tapi dalam salah satu halamannya harus ada berita yang memuat kehidupan atau tren wanita masa kini. Artinya, segmentasi pasar dengan target group yang ingin dicapai oleh produsen benar-benar tepat sasaran.


refrensi :

www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=45766


Tidak ada komentar:

Posting Komentar